Selasa, 28 Februari 2012

hal-hal besar dimulai dari hal kecil



“nak, kenapa kamarnya berantakan sekali?” aku yang dari tadi tertidur terbangun oleh suara itu. Aku kenal suaranya. Sambil tergagap aku terbangun malas. Kusibak selimut tidurku. Mengucek mata dan muka sambil sesekali melihat sekitar ruangan. Aku masih setengah sadar. Di samping sudah ada bunda yang ternyata sedang membereskan buku. Aku ingat! Saking semangatnya belajar semalam sehingga lupa membereskan buku lagi. Hari ini libur. Sengaja aku bangun telat. Tapi pagi-pagi buta bunda membangunkanku.
“bunda, kenapa membangunkan Adi pagi-pagi begini!. Hari ini kan libur sekolah” kataku. Bunda yang sedari tadi sibuk membereskan buku angkat bicara.
“tapi bukan berarti tidak sholat subuh kan?” bunda menyela.
“tapi bunda, Adi tidur bentar lagi ya”. Buru-buru kutarik selimut lagi.
“heh...mas Adi jangan tidur lagi. katanya pagi ini mau joging sama ayah.” Kata bunda setengah sebal melihat tingkahku.
Biasanya kalo sudah begini bunda selalu mengeluarkan jurus andalannya untuk membangunkanku. Dan benar saja, seluruh tubuhku digelitik tanpa ampun.
“bunda gelitik nih!”
“ah...geli bunda. sudah! Iya Adi bangun!” supaya tidak di gelitik bunda lagi aku bergegas ke kamar mandi.
“eh...mas Adi jangan lupa sholat subuh dulu”.
“iya bunda, ini mau ambil wudhu”. Jawabku setengah malas.
***
“mas Adi, sudah di tunggu ayah di teras. Katanya pagi ini mau jogging?. Ayo nak!”
“iya buuuuu...” aku sudah berpakaian rapi muncul dari balik daun pintu.
“bunda! bunda! Sepatu Adi mana?”
“kok tanya sama bunda?  kemarin mas Adi  menaruhnya dimana?”
“di rak bunda. tapi sekarang tidak ada.”
digondol kucing mungkin”. Kulihat dari dapur bunda hanya tersenyum puas. Lalu tiba-tiba dari arah daun pintu teras ayah muncul.
“mas Adi, sepatunya sudah ayah siapkan di depan!”
“eh...ayah” aku yang sedari tadi kelimpungan mencari sepatu kini lega akhirnya ketemu juga. Dan ternyata sudah di bawa ayah di depan rumah.
“ayo...katanya hari ini mau ke perkebunan pak Malih untuk melihat pohon buah apel yang sudah ranum”. tambahnya
“siap ayah!” kuangkat tangan kananku menirukan adegan tentara yang hormat pada komandanya.


bersambung ...

1 komentar: