Minggu, 04 November 2012

ekiosku.com jual beli online aman menyenangkan!


Kali ini saya mau membuat artikel tentang jual beli online aman menyenangkan. Di internet ada sebuah situs baru namanya ekiosku.com. Situs ini menawarkan berbagai macam produk barang baik elektronik maupun lainnya. Dengan jargon ekiosku.com jual beli online aman menyenangkan, situs ini bisa disejajarkan dengan para pendahulu jejaring/situs jual beli online lainnya seperti kakus.com, berniaga.com.  
            ekiosku.com jual beli online aman menyenangkan adalah situs yang lahir di Indonesia. Jika kita lihat sekilas maka situs jual beli ini tampak lebih menarik dibandingkan situs jual beli online lainnya. Produk barang yang ditawarkan ada baru dan ada yang lama. Kelebihan dari situs jual beli online ini disesuaikan dengan jargonnya yaitu menjadikan ekiosku.com jual beli online aman menyenangkan. Hal ini untuk memunculkan stigma bahwa proses transaksi online juga aman dan menyenangkan.  Karena beberapa waktu kemarin banyak tindakan kriminal melalui internet. Contoh saja seorang konsumen membeli sebuah barang dari toko online dan sudah disepakai harganya, dan sudah mentransfer sejumlah uang untuk membeli barang tersebut dan dijanjikan barang akan sampai pada tangan konsumen tiga hari kemudian dengan alasan bahwa barang harus dikirim melalui jasa pengiriman barang. Tetapi, tiga hari di tunggu, seminggu, sebulan barang yang ditunggu tidak kunjung jua.
            ekiosku.com jual beli online aman menyenangkan berusaha merubah stigma semacam itu. Situs ini berusaha menjadikan kepuasan konsumen sebagai targetan utamaya. Buan itu saja, situs ini berusaha bersaing dengan mendapatkan market yang lebih luas lagi. Keyakinan itu terbukti jika melihat item/ produk yang ditawarkan. Sebagaimana kita tahu bisnis online sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena akses internet yang tanpa batas dan para pengguna internet yang semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan tekhnologi. Bahkan situs jejaring sosial seperti facebook.com, twitter.com juga dapat digunakan untuk sarana bisnis online.
            Saya sendiri termasuk orang yang menggunakan fasilitas itu untuk kegiatan bisnis. Beberapa barang bekas saya foto di ditampilkan ke media jejaring sosial. Ternyata memang menguntungkan! Bisnis jual beli online semacam ini bisa menjadi alternatif proses transaksi manual tatap muka. Disamping karena mudah tetapi bisnis ini juga menyenangkan karena sekaligus bisa menggunakan internet. Akan tetapi, jual beli online semacam ini harus dilakukan oleh orang yang fokus. Ini harus dilakuka oleh orang profesional kalau hanya untuk selingan saya yakin akan sangat sulit untuk sukses.
            Akhirnya selamat berjual beli online. Ayo bertransakasi jual beli via online. Selamat berbelanja di ekiosku.com jual beli online aman menyenangkan. Selamat mendapatkan keuntungan lainnya. Salam ekioku.com jual beli online aman dan menyenangkan! 

Senin, 29 Oktober 2012

Nightmare

 Hari beranjak pagi. Mentari muncul dari peraduan. Kicau burung bernyanyi. Sepagi ini, para pedagang sudah menyiapkan barang daganganya untuk dijual di pasar. Sesekali terdengar derungan motor berlalu lalang di depan rumah. Tak mau ketinggalan, gemuruh ombak pantai utara menghantam karang-karang menghasilkan buih putih, seputih pasir. Aku masih terlelap di tempat tidurku. Memeluk mumu (1) bantal guling kesayangan. Malas sekali hari ini, sekolah mewajibkan siswanya untuk ikut kemah Pramuka. Hal yang paling tidak aku sukai. Sekitar jam 5 pagi ibu membangunkanku. Biasanya ia punya jurus andalan jika aku tak kunjung jua bangun. Dikelitik sekujur tubuhku dengan kedua tanganya. Kalau sudah begini, aku tidak bisa menolak untuk bangun.
Mata masih redup, seredup lampu petromak di pojok kamar. Berat sekali rasanya menggerakan kaki. Tapi ibu menyemangatiku. “Alif, ayo ambil air wudhu dulu”. “ii..ya bu”. jawabku sekenanya. Dinginnya air merasuk keseluruh ruas tangan, muka, sampai ujung kaki. Sebenarnya itu hal biasa, tapi karena malas akhirnya apapun yang dilakukan tetap saja berat. Limabelas menit berlalu, aku sudah siap dengan mengenakan sarung, lengkap dengan peci hitam yang selalu aku pakai saat mengaji dengan kang Adnan, sore menjelang sholat isya di langgar (2) dekat rumah. Suara takbir, tahmid, dan doa mengalir bersautan dengan hempasan ombak yang sedari tadi tidak mau kalah berzikir.
***
Sorak-sorak bergembira, bergembira semua, sudah bebas negeri kita, Indonesia merdeka. Indonesia merdeka, merdeka! Penduduk Indonesia, itulah hak milik kita untuk selama-lamanya.
Bait syair lagu itu mengiringi kepergian bus kami ke bumi perkemahan. Semua dengan semangat 45 saling bersautan bernyanyi di pimpin kak Fery. Iapun tak kalah semangat dengan adik-adiknya.
Makan apa, makan apa, sekarang! Sekarang makan apa, makan apa, sekarang! Makan roti, makan roti, makan roti sekarang, sekarang roti apa, roti apa, sekarang! Roti bolu, roti bolu, roti bolu sekarang, sekarang bolu apa, bolu apa, sekarang! Bolu kukus, bolu kukus, bolu kukus sekarang, sekarang kukus apa, kukus apa sekarang!.

Selasa, 28 Februari 2012

hal-hal besar dimulai dari hal kecil



“nak, kenapa kamarnya berantakan sekali?” aku yang dari tadi tertidur terbangun oleh suara itu. Aku kenal suaranya. Sambil tergagap aku terbangun malas. Kusibak selimut tidurku. Mengucek mata dan muka sambil sesekali melihat sekitar ruangan. Aku masih setengah sadar. Di samping sudah ada bunda yang ternyata sedang membereskan buku. Aku ingat! Saking semangatnya belajar semalam sehingga lupa membereskan buku lagi. Hari ini libur. Sengaja aku bangun telat. Tapi pagi-pagi buta bunda membangunkanku.
“bunda, kenapa membangunkan Adi pagi-pagi begini!. Hari ini kan libur sekolah” kataku. Bunda yang sedari tadi sibuk membereskan buku angkat bicara.
“tapi bukan berarti tidak sholat subuh kan?” bunda menyela.
“tapi bunda, Adi tidur bentar lagi ya”. Buru-buru kutarik selimut lagi.
“heh...mas Adi jangan tidur lagi. katanya pagi ini mau joging sama ayah.” Kata bunda setengah sebal melihat tingkahku.
Biasanya kalo sudah begini bunda selalu mengeluarkan jurus andalannya untuk membangunkanku. Dan benar saja, seluruh tubuhku digelitik tanpa ampun.
“bunda gelitik nih!”
“ah...geli bunda. sudah! Iya Adi bangun!” supaya tidak di gelitik bunda lagi aku bergegas ke kamar mandi.
“eh...mas Adi jangan lupa sholat subuh dulu”.
“iya bunda, ini mau ambil wudhu”. Jawabku setengah malas.
***
“mas Adi, sudah di tunggu ayah di teras. Katanya pagi ini mau jogging?. Ayo nak!”
“iya buuuuu...” aku sudah berpakaian rapi muncul dari balik daun pintu.
“bunda! bunda! Sepatu Adi mana?”
“kok tanya sama bunda?  kemarin mas Adi  menaruhnya dimana?”
“di rak bunda. tapi sekarang tidak ada.”
digondol kucing mungkin”. Kulihat dari dapur bunda hanya tersenyum puas. Lalu tiba-tiba dari arah daun pintu teras ayah muncul.
“mas Adi, sepatunya sudah ayah siapkan di depan!”
“eh...ayah” aku yang sedari tadi kelimpungan mencari sepatu kini lega akhirnya ketemu juga. Dan ternyata sudah di bawa ayah di depan rumah.
“ayo...katanya hari ini mau ke perkebunan pak Malih untuk melihat pohon buah apel yang sudah ranum”. tambahnya
“siap ayah!” kuangkat tangan kananku menirukan adegan tentara yang hormat pada komandanya.


bersambung ...

Selasa, 14 Februari 2012

Besarkan anak-anak kita dengan dongeng


“ayah, ayo maen PS!” rengekku. Ayah masih saja sibuk dengan pena dan kertas di atas meja. Entah apa yang sedang ayah lakukan. Anak kecil seumuranku belum bisa memahami kerjaan orang dewasa. Aku yang sedari tadi berdiri di sebelah ayah masih saja terus merengek.
            “ayah, ayo maen PS”
            “adek, ayah kan harus mengerjakan sesuatu tunggu sampai ayah selesai” terdengar suara bunda dari arah daun pintu.
            “nggaak mauu, pokoknya sekarang”
            “mas adi, nakal nih. Bunda bilangin bu guru Rahmi loh, biar besok di hukum suruh nyanyi”
            “biarin. Pokoknya Adi mau maen PS sama ayah”. Aku mengangkat bibir dan hidungku bersamaan. Terlihat lucu sekali. Bunda malah medekatiku dan  mencubit hidungku.
            “iih...mas Adi lucu deh kalau sedang ngambek”.
            “yah...lihat nih, Mas Adi sedang ngambek”. Ayah yang dari tadi diam angkat bicara juga.
            “jagoan ayah sedang ngambek?. Kalo ngambek bukan jagoan ayah lagi”. Seakan melarangku ayah mengangkat jari telunjuknya dan menggelengkan ke kanan dan ke kiri.
            “habis ayah gak mau maen sama mas Adi sih”.
            “iya deh ayah sekarang ngalah. Kalo mas Adi sudah ngambek begini ayah hanya bisa nurut”. Tambahnya.
            “asyiik” aku yang dari tadi ngambek jadi sumringah.
***
            “ah...nggak asyik ah. Ayah kalah terus maen PS-nya”. Aku menggerutu. Ayah yang memang mengalah hanya bisa mengatakan pujian atas kemenanganku.
            “wah iya nih, mas Adi hebat”
            “iya. siapa dulu dong. Kan jagoan ayah! jagoan harus menang”
            “tapi jagoan nggak boleh sombong. Kalau sombong nanti akibatnya seperti si kancil”
            “emang kancil kenapa yah?” sahutku penasaran.
            “zaman dahulu kala hiduplah seekor kancil dan lintah”. Ayah membetulkan tempat duduknya dan mulai menceritakan sebuah dongeng. Aku hanya termangu melihat ayah.

Senin, 06 Februari 2012

a better life #3


Esok harinya seusai sholat subuh bersama simbah di surau. Kami pergi ke atas lereng. Kata simbah di atas lereng ini ada sebuah danau yang mengalir ke hilir. Air danau inilah yang mengairi sawah, ladang, dan air danau tersebut juga di gunakan untuk keperluan sehari-hari penduduk di kampung simbah.
“simbah akan ke danau, kamu mau ikut?” kata simbah dengan tenang.
“ikut mbah..”jawabku
Kami berjalan sekitar 5 km dari rumah simbah. Jalan berliku, menanjak, dan hanya setapak mengiringi langkah kami. Sampai tibalah di tempat yang kami tuju. Kami melihat sebuah cekungan di lereng dengan air yang melimpah.  
“lihatlah kita sudah sampai” kata simbah sambil terengah-engah. Usia tuanya mengatakan bahwa perjalanan seperti ini menguras habis tenaganya. Kami bergegas kesana.
“airnya dingin dan jernih sekali mbah...” sesekali aku melihat ke dasar danau. Begitu jernih airnya sehingga aku bisa melihat bebatuan yang ada di dasarnya.
“dulu ini adalah danau yang keruh. Sampai simbah dan penduduk kampung menggali lebih dalam sehingga mencapai mata air di dasarnya. Dan kamu bisa lihat”. Kakek mengambil sebuah batang bambu dan mengaruk-garuk dasar danau tersebut dangan bambu tersebut. Seketika danau tersebut menjadi keruh. Tapi beberapa saat kemudian air danau tersebut menjadi bening kembali.
“kamu paham maksudku nak?” ia bertanya kepadaku.
“belum mbah” jawabku polos
“mata air dalam danau ini yang membuat air danau ini tetap jernih. Apapun yang simbah lakukan untuk membuat air ini keruh tapi tetap saja air ini akan jernih kembali. Karena danau ini mempunyai mata air sendiri. Begitu juga dengan kehidupan ini. Mata air ini adalah hatimu. Hatimu harus selalu jernih seberapapun keruhnya kehidupan ini. Itu yang membuat kamu merasa bahagia menjalani kehidupan ini”.
Aku baru sadar, baru saja simbah mengajarkanku hakekat kehidupan ini. Ia menyadarkanku bahwa kebahagiaan ini tidak di dapat dari luar tapi kebahagiaan itu ada di dalam hatimu. Ya tuhan selama ini aku menutup hatiku untukMU. Ternyata itu yang membuatku hidup tanpa arah dan tujuan.
***
 Aku belajar banyak dari simbah. Terus terang ia menunjukanku kembali ke jalan yang benar. Jalan yang selama ini tertutup rapat atau bisa dibilang aku menutup rapat jalan itu. Malam ini tanggal 26 OKTOBER 2010. Selepas sholat isya aku masih berada di surau. Rasa kantuk membuatku  ketiduran di surau.
Aku terbangun. Sesaat kulihat disekitarku. Agak aneh sekaligus sangat indah. Pemandangan ini belum pernah aku lihat sebelumnya. Di depanku ada sebuah sungai dengan air yang jernih sekali dan berwarna putih seperti susu. Kulihat pohon disekelilingku berbuah semua. begitu indah dan sejuk. Kulihat ada sebuah gerbang, disana sudah berdiri seorang wanita paruh baya. Wajahnya bercahaya. Aku kaget. Aku mengenal sosok itu. Ia adalah ibu. Aku berlari menghampirinya dan langsung mendekapnya dengan erat.
“ibu, aku kanget sekali”
“iya sayang, ibu juga kangen”
“ibu ini dimana? Aku ingin di sini bersama ibu. Boleh kan?” ibu hanya menggelengkan kepalanya.
“nanti nak, kamu pasti akan bersama ibu”. Ketika ibu berkata seperti itu aku terbangun dari tidurku sebenarnya. Saat ini aku masih berada di surau. Rupa-rupanya aku tadi bermimpi bertemu ibu. Aku bergegas untuk mengambil air wudhu untuk mengerjakan sholat tahajud. Di tengah malam yang sunyi. Di saat orang-orang terlelap tidur dan hanya orang-orang yang beriman saja yang masih terjaga. Malam ini aku berjanji untuk menjadi hamba yang taat dan mensyukuri nikmatNYA. Aku bertobat atas semua kebencian, dosa,dan kemaksiatan yang pernah aku lakukan. Lihatlah aku menghadapMU memohon ampunan.
“allahu akbar” Aku bertakbir. Berbarengan dengan itu terdengar dentuman keras dari atas. Suara dentuman itu membuat kaget seluruh penduduk.
“Merapi meletus” teriak para penduduk desa. Suara kentongan bersautan dari segala penjuru.
Aku membaca Al Fatihah.
Dengan menyebut nama Allah Mang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,
Maha pemurah lagi maha penyayang
Yang menguasai di hari pembalasan
Hanya Engkaulah kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Yaitu jalan yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang di murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.   
Untuk kedua kalinya dentuman itu terdengar, jauh lebih keras dari yang pertama. Bumi berguncang. Para penduduk sudah panik dan berhamburan kemana-mana. Mereka sibuk menyelamatakan sanak saudara masing-masing. Sementara itu di atas sana sudah ada awan panas yang menunggu untuk menerjang semua halang rintang. Begitu cepat membumi hanguskan apa saja yang di lewatinya. Hujan abu menambah pekat malam ini. Lirih seiring dengan jeritan ibu-ibu dan anak-anak yang menangis. Sementara itu aku sudah menyelesaiakn rakaat keduaku. Dan mengucapkan salam. Aku berdoa dan memohon ampun kepadaNYA. Awan panas itu semakin dekat.
Kubuka musyaf kecil yang diberikan simbah kepadaku. Membaca tiap bait kalimat-kalimat itu. Sungguh indah dan menentramkan. tak kuasa menahan tangis.  aku tidak sadar jika di sebelahku sudah ada simbah bersujud. Di luar sana penduduk kampung sudah banyak yang pergi. Sedikit saja yang tinggal. Dan saat kalimat yang aku baca.
“maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
“semua yang ada di bumi itu akan binasah”
Awan panas dengan kecepatan 200 km/jam sudah menerjang surau, tubuhku, dan simbah. Begitu panas dan cepat menghanguskan semuanya. Malaikatpun turun berdoa dan bersholawat atas Nabi. Menangis saat anak laki-laki dan simbah ini meregang nyawa.
Aku terbangun untuk kedua kalinya. Tidak. Aku di bangunkan oleh sesosok wanita yang tidak lain adalah ibuku.
“bangun nak...”
“ibu, aku sayang ibu. Jangan pergi lagi ya.” Ku tatap wajah ibu. Ibu menganguk pelan.
***
Dua hari kemudian. Di sisa puing-puing, petugas SAR menemukan jasad 2 orang laki-laki yang hangus terbakar namun masih menyisakan bentuk tubuh yang masih utuh. Nampak tubuh tua sedang sujud dan seorang lagi tubuh seorang remaja yang sedang duduk bersila sedang di tangan kanannya memegang sebuah musyaf yang masih utuh. Tidak terbakar sama sekali. Subhanallah...
End
28 januari2012. Pogung rejo

Kamis, 02 Februari 2012

a better life #2


Pagi ini, dini hari sekali. Di saat Ayah dan Yuan masih tertidur di kamar masing-masing.  aku sudah berkemas untuk pergi. Entah kemana tujuannya. Tapi sebelum pergi aku sudah meninggalkan surat untuknya.



Assalamualaikum wr wb
Ayah, maafkan Rudi pergi tidak pamit kepada ayah. Rudi pergi hanya untuk sementara waktu, pasti akan kembali. Saat ini Rudi hanya ingin menuruti apa kata hati Rudi dan kemanapun kaki ini melangkah.
Ayah, terimakasih sudah mendidik Rudi. Terima kasih sudah menjadi ayah yang baik dan bijak.
Rudi pamit yah...
Wasalamualikum wr wb
Anakmu tercinta


Aku pergi dengan membawa serta kebencianku pada Allah. Kebencian seorang anak manusia apabila ia dikhianati atau telah di bohongi oleh seseorang. Kebencian yang mendalam sehingga terpatri dan menancap tajam.
Entah sudah berapa kilometer aku berjalan. Dari jauh terdengar suara adzan subuh bersautan dari muazin-muazin. Aku tidak menghiraukan. Untuk pertama kalinya aku acuh terhadap seruan itu. Hatiku sudah terlanjur dipenuhi kebencian dan kemurungan. Langkahku terhenti di sebuah pos ronda. Aku beristirahat sebentar. Beberapa menit kemudian. Orang dengan perawakan tinggi memakai jubah putih menghampiriku. Mukanya terlihat bersih dan bercahaya. Ia tersenyum kepadaku.
“nak, kamu tidak sholat shubuh?”
“tidak lagi pak, aku tidak percaya lagi tuhan. Untuk apa sholat?” cetusku
“kenapa?” pria tersebut menanyakan lagi.
“pokoknya aku tidak percaya lagi. Tuhan bohong kepadaku”
“bohong kenapa? nak Tuhan tidak mungkin berbohong Ia selalu menepati janjinya” Dia terus bertanya. Lama-lama aku jadi kesal dengan orang ini.
“maaf aku harus melanjutkan perjalanan. Selamat tinggal.” Aku langsung pergi dari hadapannya. Dia mengucapkan salam.
“assalamualaikum”
aku tidak menjawab salam dari orang tersebut.
Aku berjalan berhari-hari. terkadang naik kendaraan jika ada sang pemilik yang memperbolehkanku menumpang. Saat di tanya mau kemana aku hanya bisa menjawab menuruti kata hati dan kaki ini melangkah. Pagi sampai sore waktuku kuhabiskan untuk berjalan tanpa arah. Malam hari aku berpindah dari pos ronda satu ke pos ronda lainnya sekedar melepas lelah setelah seharian berjalan. Bekalku sudah habis berhari-hari yang lalu. Aku makan dari hasil mengemis, meminta belas kasihan dari orang lain. Aneh juga kenapa aku bisa terus bertahan dalam hidup seperti itu.
Suatu hari aku tiba di sebuah perkampungan di lereng Gunung Merapi. Aku tergopoh berjalan. Lapar dan lelah. Aku sudah tidak tahan dan kuat lagi berjalan. Ku lihat ada sebuah gubuk di tengah-tengah sawah hijau nan indah. Langkahku kuarahkan kesana.
“nak, kamu ndak apa-apa?” terdengar suara orangtua. Tangan kirinya mengangkat kepala bagian belakang sedang tangan kanannya menepuk halus pipi kiri dan kananku. Ia berusaha menyadarkanku. Aku masih setengah sadar. Kulihat samar-samar di depanku sudah ada orangtua dengan perawakan sedang, beruban putih dengan gigi yang jarang. Aku mau bangun tapi lelah dan lapar ini sangat kuat hingga aku terjatuh pingsan untuk kedua kalinya.
Aku terbangun. Kulihat sekitarku dengan seksama. Ternyata aku terbaring di sebuah dipan tua dengan alas yang sederhana. Di samping kanan ku ada sebuah meja terbuat dari kayu jati yang kokoh. Dinding yang setengah permanen terbuat dari batang bambu. Atap genting yang sudah tua. Tak terlihat perabotan yang mewah. Aku lapar. Kulihat di atas meja ada singkong rebus dan sebuah nasi dengan lauk seadanya. Kemudian aku makan...
“kamu sudah sadar nak” terdengar suara lirih di iringi batuk kecil dari arah pintu masuk kamar.
“iya kek, maafkanku sudah makan makanan kakek” aku yang dari tadi makan tiba-tiba berhenti.
“iya ndak apa-apa, itu buat kamu. Habiskan sekalian saja”
“kamu jangan panggil aku kakek, panggil saja mbah Suroso”
“oh iya kek, eh mbah Roso”
Aku makan dengan lahap sampai rasa laparku hilang. Kemudian mbah Roso duduk di sampingku. Ia bertannya.
“kamu dari mana dan mau kemana tole?”
Aku masih terdiam. Pertanyaan ini selalu saja ditanyakan kepadaku tiap kali bertemu orang. Saat di terminal. Di sebuah pos ronda. Atau bahkan saat aku berada di jalanan.
“namaku Rudi. Aku berasal dari sebuah pinggiran kota kecil di daerah bagian barat. Setelah almarhum ibu meninggal dunia. Aku pergi dari rumah. Aku sudah berhari-hari jalan dengan kakiku ini. sesekali ada orang yang baik menawarkan menumpang di kendaraannya”.
Hari sudah hampir gelap aku dan mbah Roso berbincang ramah di kamar. Mbah Roso tidak menanggapi jawabanku tadi.
“Sekarang sudah hampir gelap, apakah nak Rudi masih melanjutkan perjalanannya?” sebelum aku menjawab, mbah Roso sudah melanjutkan bicaranya lagi.
“kamu boleh tinggal di sini selama kamu mau.” Aku hanya manggut tertahan.
  “aku mau ke surau dulu, kamu mau ikut?”
“nggak, terima kasih” jawabku

Rabu, 01 Februari 2012

a better life

 
Aku masih terdiam. Terpaku. Duduk bersila menghadapMu. Begitu ku buka bait-bait syair dariMu. Deretan kata-kata indah begitu saja mengalir dari mulutku. Kesejukan dan keteduhan menyelinap dalam relung-relung hatiku. Perasaan ini sudah sangat lama tidak aku rasakan. Entah berapa lama. Hawa dingin merasuk kedalam sum-sum tulangku. Aku membiarkan karena dengan begitu aku tahu bahwa inilah yang membuatku malas untuk melakukannya. Kembali kepadaMU di waktu-waktu yang istimewa. Akhirnya tak terasa isak tangisku tidak terelakan lagi. Memecah kesunyian. Hanya ada aku dan Engkau, yah kita berdua. Aku rindu saat-saat seperti ini. Rindu sekali...
Aku mengadu. Aku bertaubat kepadaMU. Sampai peristiwa itu terjadi...

***
  Satu tahun yang lalu di saat aku tidak lagi percaya kepadaMU, tidak lagi percaya kepada RasulMu, tidak lagi percaya kitabMu, tidak lagi percaya malaikatMu, tidak lagi percaya takdirMU, dan tidak lagi percaya adanya hari akhir. Aku menjadi manusia yang hina. Lari dari kehidupan ini. Tanpa arah dan tanpa tujuan. Tidak ada lagi sujud untukMU, tidak ada lagi kata-kata indah firmanMU. Yang ada hanya keputusasaan dan kekufuran dari nikmatMU.
Satu menit sebelum telepon itu.
Aku masih tertawa riang bersama teman-temanku di pesantren. Di saat kami mengingat kejadian lucu kajian yang disampaikan salah satu ustad ba’da magrib menjelang sholat isya tadi. Adzan berkumandang. Kami sholat berjamaah di masjid pesantren di imami oleh pengasuh pesatren, Kyai Ali Mustofa. Setelah lulus dari sekolah dasar ayah menyuruhku untuk masuk pesantren. Jadilah aku di masukan ke pesantren di sebuah daerah pinggiran kota di Jawa Timur. Katanya biar aku paham tentang agama. Peasantren ini dipimpin oleh seorang ulama yang bersahaja dan sederhana.
Selepas sholat isya ustad menyampaikan kepadaku kalo ada telepon untukku. Dari ayahku katanya. Aku bergegas mungkin ada kabar penting yang disampaikan ayah kepadaku.
Assalamualikum”
Walaikumsalam. Rudi, ini ayah” suara ayah begitu terbata dan terdengar bersedih.
ada apa yah, ada kabar baik ya. Yuan mau naik kelas 5 SD ya yah, nilainya bagus-bagus ga? Kalo nilai rapornya jelek biar Rudi yang jewer pas pulang liburan nanti, ibu bagaimaa...” sebelum aku melanjutkan kalimat itu ayah sudah memotong pembicaraanku.
ibuuu...ibu...meninggal”
Kalimat ayah mengagetkanku. Aku tersentak berusaha tidak percaya.
ini tidak mungkin!” kataku seolah tidak percaya
iya nak, maafkan ayah. Ayah tidak bisa menjaga ibu dengan baik”
Dialog di telepon itu begitu singkat. Aku langsung melesat mengepak bajuku seadanya dan sekenanya. Berpamitan pada pengasuh pesantren dan malam itu juga aku kembali ke rumah. Perjalanan dari pesantren ke rumah memakan waktu sekitar 6 jam. Aku masih dengan perasaan penuh gelisah dan sedih. Di perjalanan aku hanya bisa berdoa dan berharap sesegera mungkin sampai ke rumah. Malam ini adalah malam yang menyakitkan bagiku. Aku telah kehilangan seorang ibu untuk selama-lamanya.
Pagi hari yang indah. Tidak seindah apa yang dirasakan oleh anak manusia bernama Rudi. Burung berkicau, bersenandung, bergurau, bercanda malu dengan burung lainnya. Begitu juga embun yang masih malu bersembunyi di balik daun-daun. Mentari pagi ini begitu cerah. Ia menampakan kegagahan sinarnya. Semua bahagia memulai hari ini. Tapi tidak dengan Rudi. 

Senin, 16 Januari 2012

gue sayang kamu

Saat ini gue lagi bingung kepada siapa gue katakan, “gue sayang kamu”. Pernah terbesit gue mau katakan kalimat itu ke pacar gue. Eith...teryata gue baru sadar kalo gue menjomblo begitu lamanya sampai gue lupa kapan gue terakhir nembak cewe dan kapan gue pacaran. Hee..hee...Kalo gue bilang ini ke orangtua gue ntar disangkanya gue lagi sakit amnesia, karena orangtua gue nyangkanya gue habis kebentur benda tumpul dengan keras dan gue lupa siapa gue sebenarnya, yang gue ingat cuma nama dan wajah orangtua gue. Akhirnya gue mutusin untuk mengatakan itu ke notebook gue. Suatu malam disaat jam dinding di kamar menunjukan pkl 01.00 di iringi lantunan lagu yang gue stel di notebook gue. Di saat tidak ada bahan yang bisa gue ketik, tidak ada lagi obrolan yang membicarakan upin-ipin kenapa anak kecil itu kembar, kenapa yang membedakan mereka berdua Cuma jambul kecil di atas kepala salah satu di antara mereka, atau hanya sekedar notebook gue menampilkan film-film terbaru tahun 2011. Gue diam sejenak, dan suasana hening ketika gue mematikan winamp di notebook gue. Gue ragu ketika itu, mau mengatakannya nggak ya! Akhirnya gue putusin untuk mengatakannya.

nootbook gue sesaat 3 bulan yang lalu

“nggak terasa ya, kita sudah bersama selama 3 bulan ini, kamu betah ga sama gue? Dengan nada dingin notebook gue memberikan tanda dengan bergantinya screen saver yang menampilkan sebuah pemandangan penuh bunga. (gue setting tiap 5 menit notebook gue berganti gambar). “gue kaget, ternyata dia merespon?” terus gue lanjutin kata-kata gue. “aku mau bilang sama kamu, kalo aku sayang sama kamu”. “Terimakasih sudah membantuku selama ini gara-gara kamu aku bisa menyelesaiakn semua pekerjaanku”. Dia kaget dan langsung reboot sendiri (mungkin dia merasa bahwa baru kali ini dia di tembak sama cowok) Sesaat hening hingga 5 menit kemudian dia merespon dengan menampilkan sepasang gambar monyet yang berayunan. Haa..haa..


gue kaget dia menampilkan ini. moga menjadi sahabat

gue tersenyum sinis, apakah ini gambar gue dan kamu? !$%^**&&^$%#$