Senin, 06 Februari 2012

a better life #3


Esok harinya seusai sholat subuh bersama simbah di surau. Kami pergi ke atas lereng. Kata simbah di atas lereng ini ada sebuah danau yang mengalir ke hilir. Air danau inilah yang mengairi sawah, ladang, dan air danau tersebut juga di gunakan untuk keperluan sehari-hari penduduk di kampung simbah.
“simbah akan ke danau, kamu mau ikut?” kata simbah dengan tenang.
“ikut mbah..”jawabku
Kami berjalan sekitar 5 km dari rumah simbah. Jalan berliku, menanjak, dan hanya setapak mengiringi langkah kami. Sampai tibalah di tempat yang kami tuju. Kami melihat sebuah cekungan di lereng dengan air yang melimpah.  
“lihatlah kita sudah sampai” kata simbah sambil terengah-engah. Usia tuanya mengatakan bahwa perjalanan seperti ini menguras habis tenaganya. Kami bergegas kesana.
“airnya dingin dan jernih sekali mbah...” sesekali aku melihat ke dasar danau. Begitu jernih airnya sehingga aku bisa melihat bebatuan yang ada di dasarnya.
“dulu ini adalah danau yang keruh. Sampai simbah dan penduduk kampung menggali lebih dalam sehingga mencapai mata air di dasarnya. Dan kamu bisa lihat”. Kakek mengambil sebuah batang bambu dan mengaruk-garuk dasar danau tersebut dangan bambu tersebut. Seketika danau tersebut menjadi keruh. Tapi beberapa saat kemudian air danau tersebut menjadi bening kembali.
“kamu paham maksudku nak?” ia bertanya kepadaku.
“belum mbah” jawabku polos
“mata air dalam danau ini yang membuat air danau ini tetap jernih. Apapun yang simbah lakukan untuk membuat air ini keruh tapi tetap saja air ini akan jernih kembali. Karena danau ini mempunyai mata air sendiri. Begitu juga dengan kehidupan ini. Mata air ini adalah hatimu. Hatimu harus selalu jernih seberapapun keruhnya kehidupan ini. Itu yang membuat kamu merasa bahagia menjalani kehidupan ini”.
Aku baru sadar, baru saja simbah mengajarkanku hakekat kehidupan ini. Ia menyadarkanku bahwa kebahagiaan ini tidak di dapat dari luar tapi kebahagiaan itu ada di dalam hatimu. Ya tuhan selama ini aku menutup hatiku untukMU. Ternyata itu yang membuatku hidup tanpa arah dan tujuan.
***
 Aku belajar banyak dari simbah. Terus terang ia menunjukanku kembali ke jalan yang benar. Jalan yang selama ini tertutup rapat atau bisa dibilang aku menutup rapat jalan itu. Malam ini tanggal 26 OKTOBER 2010. Selepas sholat isya aku masih berada di surau. Rasa kantuk membuatku  ketiduran di surau.
Aku terbangun. Sesaat kulihat disekitarku. Agak aneh sekaligus sangat indah. Pemandangan ini belum pernah aku lihat sebelumnya. Di depanku ada sebuah sungai dengan air yang jernih sekali dan berwarna putih seperti susu. Kulihat pohon disekelilingku berbuah semua. begitu indah dan sejuk. Kulihat ada sebuah gerbang, disana sudah berdiri seorang wanita paruh baya. Wajahnya bercahaya. Aku kaget. Aku mengenal sosok itu. Ia adalah ibu. Aku berlari menghampirinya dan langsung mendekapnya dengan erat.
“ibu, aku kanget sekali”
“iya sayang, ibu juga kangen”
“ibu ini dimana? Aku ingin di sini bersama ibu. Boleh kan?” ibu hanya menggelengkan kepalanya.
“nanti nak, kamu pasti akan bersama ibu”. Ketika ibu berkata seperti itu aku terbangun dari tidurku sebenarnya. Saat ini aku masih berada di surau. Rupa-rupanya aku tadi bermimpi bertemu ibu. Aku bergegas untuk mengambil air wudhu untuk mengerjakan sholat tahajud. Di tengah malam yang sunyi. Di saat orang-orang terlelap tidur dan hanya orang-orang yang beriman saja yang masih terjaga. Malam ini aku berjanji untuk menjadi hamba yang taat dan mensyukuri nikmatNYA. Aku bertobat atas semua kebencian, dosa,dan kemaksiatan yang pernah aku lakukan. Lihatlah aku menghadapMU memohon ampunan.
“allahu akbar” Aku bertakbir. Berbarengan dengan itu terdengar dentuman keras dari atas. Suara dentuman itu membuat kaget seluruh penduduk.
“Merapi meletus” teriak para penduduk desa. Suara kentongan bersautan dari segala penjuru.
Aku membaca Al Fatihah.
Dengan menyebut nama Allah Mang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,
Maha pemurah lagi maha penyayang
Yang menguasai di hari pembalasan
Hanya Engkaulah kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Yaitu jalan yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang di murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.   
Untuk kedua kalinya dentuman itu terdengar, jauh lebih keras dari yang pertama. Bumi berguncang. Para penduduk sudah panik dan berhamburan kemana-mana. Mereka sibuk menyelamatakan sanak saudara masing-masing. Sementara itu di atas sana sudah ada awan panas yang menunggu untuk menerjang semua halang rintang. Begitu cepat membumi hanguskan apa saja yang di lewatinya. Hujan abu menambah pekat malam ini. Lirih seiring dengan jeritan ibu-ibu dan anak-anak yang menangis. Sementara itu aku sudah menyelesaiakn rakaat keduaku. Dan mengucapkan salam. Aku berdoa dan memohon ampun kepadaNYA. Awan panas itu semakin dekat.
Kubuka musyaf kecil yang diberikan simbah kepadaku. Membaca tiap bait kalimat-kalimat itu. Sungguh indah dan menentramkan. tak kuasa menahan tangis.  aku tidak sadar jika di sebelahku sudah ada simbah bersujud. Di luar sana penduduk kampung sudah banyak yang pergi. Sedikit saja yang tinggal. Dan saat kalimat yang aku baca.
“maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
“semua yang ada di bumi itu akan binasah”
Awan panas dengan kecepatan 200 km/jam sudah menerjang surau, tubuhku, dan simbah. Begitu panas dan cepat menghanguskan semuanya. Malaikatpun turun berdoa dan bersholawat atas Nabi. Menangis saat anak laki-laki dan simbah ini meregang nyawa.
Aku terbangun untuk kedua kalinya. Tidak. Aku di bangunkan oleh sesosok wanita yang tidak lain adalah ibuku.
“bangun nak...”
“ibu, aku sayang ibu. Jangan pergi lagi ya.” Ku tatap wajah ibu. Ibu menganguk pelan.
***
Dua hari kemudian. Di sisa puing-puing, petugas SAR menemukan jasad 2 orang laki-laki yang hangus terbakar namun masih menyisakan bentuk tubuh yang masih utuh. Nampak tubuh tua sedang sujud dan seorang lagi tubuh seorang remaja yang sedang duduk bersila sedang di tangan kanannya memegang sebuah musyaf yang masih utuh. Tidak terbakar sama sekali. Subhanallah...
End
28 januari2012. Pogung rejo

2 komentar: