Tulisan
ini penulis mulai dengan mengutip kata-kata dari sang founding father kita, ‘Beri aku
1.000 orang tua maka akan kucabut Semeru dari akarnya, Beri aku 10 pemuda pasti
akan aku guncangkan dunia’.
Ucapan
Bung Karno sangat relevan di era sekarang. Dimana semangat dan kekuatan seorang
pemuda mampu memberikan perubahan. Lihat saja bagaimana sejarah Bangsa
Indonesia mencatat gerakan pemuda mampu mengubah keadaan bangsa dan menjadi
agen perubahan. Masih jelas dalam ingatan kita, bagaimana seorang pemuda bernama
Sukarni dan kawan-kawan menjadi aktor penting terciptanya Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Tidak lupa dalam benak kita juga, dimana para pemuda intelektual kita,
mahasiswa dari seluruh pejuru tanah air berkumpul di Istana Negara dan Gedung
Perwakilan Rakyat untuk menggulingkan kekuasan orde baru yang sudah mengakar
sekian puluh tahun. Catatan-catatan kegemilangan itu seharusnya menjadi tolak
ukur bagi pemuda sekarang untuk bisa menjawab segala persoalan dan tantangan
global. Hidup di era globalisasi tentu berbeda dengan hidup di era orde lama
atau orde baru. Namun perbedaan itu tidak seharusnya menurunkan semangat dari
para pemuda untuk terus berkarya dan menjadi agen perubahan.
Lalu
apa yang harus dilakukan oleh pemuda di era globalisasi ini? Jawaban sederhananya
adalah menjaga warisan budaya bangsa kita, menciptakan ide kreatif dan terus
berinovasi. Begitu banyak warisan budaya bangsa yang di wariskan oleh nenek
moyang kita, bahkan masyarakat global mengidentikan warisan tersebut sebagai
identitas bangsa kita. Pengakuan tersebut baru-baru ini di dapat oleh Indenesia
melalui World Craft Council dengan menyatakan Kota Yogyakrta layak menyandang
predikat sebagai The World Batik City. Tentu saja hal ini sangat membanggakan
rakyat Indonesia umumnya dan masyartakat kota Jogja khususnya. Ditetapkanya
kota Jogja dengan predikat itu tidak membuat daerah lain terkucilkan. Justru ini
memecut motivasi untuk daerah lain seperti Pekalongan, Solo, Cirebon, dan kota
lain untuk bergabung dan mensuport dan menjadikan ini sebagai entitas bangsa
Indonesia, #BatikIndonesia. Selanjutnya setelah kita menyandang predikat itu,
apa yang harus kita lakukan? Jawabanya seperti yang sudah di tulis penulis di
atas. Kita harus terus memunculkan inovasi dan ide kreatif. Sebagai contoh ide
kreatif yang di kembangkan oleh anak-anak muda Indonesia antara lain;
Di samping itu, predikat
Kota Batik wajar di sematkan untuk kota Jogja karena begitu
banyak kerajinan dari kain batik. Salah satunya sandal batik ini.
Photo dari http://majalahasri.com/wp-content/uploads
Dan
yang sudah familiar di mata masyarakat adalah kemunculan inovasi batik pada tas.
photo dari http://taskerajinanjogja.com/27-kategori-tas-batik-lawasan
Melihat
kreatifitas dan inovasi mereka pantaslah mereka kita acungi dua jembol. Akan tetapi, miris bagi kita melihatnya,
ketika kebanyakan para pemuda kita tidak mencintai warisan budaya #BatikIndonesia. Mereka lebih memilih fashion barat di
bandingkan fashion kita, mereka lebih menyukai budaya barat sebagai gaya hidup
mereka, dan mereka begitu apatis terhadap #BatikIndonesia.
Bersikap acuh dan cuek terhadap perkembangan #BatikIndonesia.
Oleh karena itu perlulah kiranya
kita membentuk komunitas batik untuk para pemuda agar pemuda kita mencinta
batik, warisan leluhur kita. Penulis menginisiasi terbentuknya sebuah komunitas
dengan nama MeMetik (Moeda-moedi Cinta Batik). Dengan mayoritas anggotanya adalah pemuda dengan konsep dan idealitas yang tinggi maka penulis yakin bahwa cita-cita menjaga tradisi batik di Indonesia tetap terjaga. Di sampinf itu, tujuan yang ingin capai dari komunitas ini adalah;
1. Menjaga dan melestarikan tradisi batik di Indonesia,
2. Membuat ide kreatif dan inovatif,
3. Membuat program-program pelestarian Batik, dan
4. Mensosialisasikan Batik ke ranah Internasional (go internasioanal).
Dengan berlandaskan empat tujuan di atas maka disusunlah program-program yang akan mendukung berjalannya tujuan tersebut;
1. Kampung Batik
Selama ini kita mengenal kampung batik adalah sebuah kampung dimana mayoritas masyarakatnya adalah pengrajin batik atau pasar batik. Seperti contoh yang ada di Ngasem dan kauman, Jogja dan di Laweyan, Solo.
Photo dari Http;//google.com
Photo dari Http;//google.com
Akan tetapi, yang di maksud penulis kampung Batik disini adalah masyarakat umum dari sebuah kampung yang memang awam terhadap Batik menyukai dan mengunakan batik dalam aktifitas kesehariannya. contohnya adalah memakai kain batik pada acara dasawisma bagi ibu-ibu atau memakai batik pada saat mengerjakan sholat di masjid bagi bapak-bapak.
2. Pameran Nasional dan Internasional.
Berbagai sarana telah banyak di lakukan oleh pemerintah dan pecinta batik batik. salah satunya adalah dengan mengadakan pameran di tingkat nasional. Namun, belum banyak yang memperkenalkan batik sampai ke manca negara. Beberapa orang seperti Anna Avatine dan Ivan Gunawan mungkin sudah pernah melakukan akan tetapi pameran tersebut hanya sebatas peragaan busana.
Photo darihttp://cdn1-a.production.liputan6.static6.com
1. Menjaga dan melestarikan tradisi batik di Indonesia,
2. Membuat ide kreatif dan inovatif,
3. Membuat program-program pelestarian Batik, dan
4. Mensosialisasikan Batik ke ranah Internasional (go internasioanal).
Dengan berlandaskan empat tujuan di atas maka disusunlah program-program yang akan mendukung berjalannya tujuan tersebut;
1. Kampung Batik
Selama ini kita mengenal kampung batik adalah sebuah kampung dimana mayoritas masyarakatnya adalah pengrajin batik atau pasar batik. Seperti contoh yang ada di Ngasem dan kauman, Jogja dan di Laweyan, Solo.
Photo dari Http;//google.com
Photo dari Http;//google.com
Photo dari Http;//google.com
Akan tetapi, yang di maksud penulis kampung Batik disini adalah masyarakat umum dari sebuah kampung yang memang awam terhadap Batik menyukai dan mengunakan batik dalam aktifitas kesehariannya. contohnya adalah memakai kain batik pada acara dasawisma bagi ibu-ibu atau memakai batik pada saat mengerjakan sholat di masjid bagi bapak-bapak.
2. Pameran Nasional dan Internasional.
Berbagai sarana telah banyak di lakukan oleh pemerintah dan pecinta batik batik. salah satunya adalah dengan mengadakan pameran di tingkat nasional. Namun, belum banyak yang memperkenalkan batik sampai ke manca negara. Beberapa orang seperti Anna Avatine dan Ivan Gunawan mungkin sudah pernah melakukan akan tetapi pameran tersebut hanya sebatas peragaan busana.
Photo darihttp://cdn1-a.production.liputan6.static6.com
Photo dari http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140903_190252_anne-avantie.jpg
Pemerintah juga mungkin pernah melakukan pameran batik di luar negeri, sekali lagi itu hanya sebatas kain batik saja. Padahal kalau kita mau menggali kerajinan tangan anak-anak muda kreatif yang sudah penulis sampaikan di atas seperti tas batik, sandal batik, guci batik dll bisa jadi objek pameran yang di sukai masyarakat internasional.
3. Kurikulum Batik Nasional di sekolah
Selama ini kurikulum untuk mata pelajaran Batik di sekolah hanya sebatas pada daerah tertentu, seperti Jogja dan Jawa tengah umumnya di pulau jawa. Daerah lain seperti Sumatra, Kalimantan, Sulauwesi, bahkan mungkin Papua hampir tidak ada. Oleh karenanya, sangat perlu mengenalkan Batik pada tingkat satuan pendidikan secara nasional baik tingkat menengah maupun atas. Sehingga anak-anak kita bisa mengenal Batik dari sejak awal. Di samping itu, seperti yang sudah di lakukan oleh sekolah di Jogja bahwa siswa di wajibkan untuk hari tertentu menggunakan Batik menjadi salah satu bentuk untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Batik. Mungkin hal itu bisa menjadi contoh bagi daerah lain.
Photo dari http://www.gregetan.com/wp-content/uploads/2015/10/batik-1.jpg
4. Kerajinan inovasi Batik.
Kerajinan inovasi Batik sudah di buktikan oleh anak-anak muda Jogja. Di harapkan dengan dibentuknya komunitas ini bisa memunculkan ide kreatif dan inovasi baru tentang #BatikIndonesia.
Dan Akhirnya penulis berkesimpulan bahwa dengan terbentuknya komunitas MeMetik (Moeda-Moedi Cinta Batik) ini bisa mengoptimalkan;
1. Pengenalan Batik ke semua kalangan,
2. Pengenalan Batik ke internasional, go internasional,
3. Inovasi Batik, dan
4. Pelestarian tradisi Batik di Indonesia.
Semoga gagasan ini bermanfaat.